You are currently viewing 6 Realita Sadis Dalam Dunia Karir Dan Pekerjaan

6 Realita Sadis Dalam Dunia Karir Dan Pekerjaan

Membaca judul di atas mungkin akan membuat anda sedikit mengernyitkan dahi anda. Namun memang begitulah keadaannya, dunia karir di Indonesia sekarang ini memang begitu “kejam”. Ada bagian yang bakalan tidak sesuai dengan ekspektasi selama ini. Berikut ini 6 realita sadis dalam dunia karir yang akan anda hadapi.

1. Zero Emotion Expectation

Dunia industri & rekrutmen adalah dunia yang transaksional, fungsional, dan rasional. Tidak perlu memasukkan segalanya ke dalam hati atau perasaan kita secara berlebihan. Saya menyebutnya sebagai prinsip ZEZE, alias Zero Emotion Zero Expectation.

Rekruter memutuskan untuk merekrut seseorang berdasarkan karakter, kompetensi, karya, dan kecakapan kita dalam mengkomunikasikan apa pun tentang diri kita. Bukan berdasarkan atas belas kasihan.

Faktanya, semakin kuat kita memperlihatkan ekspektasi berlebih atau masalah-masalah pribadi kita pada publik & rekruter, justru itu semakin memperkecil kemungkinan kita untuk direkrut.

Karena pengusaha lebih suka mempekerjakan peniti karir yang siap berkontribusi dan paham memisahkan masalah kantor dengan masalah pribadi; bukan pekerja yang menggendong masalah pribadinya ke mana-mana sebagai “daya tawar” dalam proses rekrutmen & penilaian performa kerjanya.

2. Punya Kemampuan Berbahasa Asing Lebih Diminati

Seberapa besarnya pun kebencian kita pada Tenaga Kerja Asing (TKA), mereka akan tetap berdatangan ke Tanah Air ini dengan mental “siap tempur & siap mati” yang lebih militan dari kita semua.

Jangan lupa: mereka fasih berbahasa Inggris / berbahasa asing. Sementara kita? Dikasih referensi-referensi pilihan & bermutu berbahasa Inggris saja, langsung pingsan…

Padahal sebelum pingsan, hapenya masih hidup, berfungsi, dan ada aplikasi Google Translate di dalamnya…

Setiap orang yang mengenal saya pasti paham, bahwa saya tuh gelagapan kalo diajak ngomong English. Tapi sebagai kompetensi minimal, dan demi mempermudah banyak hal dalam pekerjaan yang saya lakukan, saya rajin melahap referensi-referensi berbahasa Inggris.

Baca Juga :  Lowongan November PT. Indotruck Utama

Supaya isi kepala saya tetap dipenuhi dengan pengetahuan global terbaik & paling aktual, dan supaya isi pembicaraan saya bernas di hadapan orang berbagai kalangan; betapa pun bahasa obrolan saya adalah Bahasa Indonesia.

Kurang mampu berbahasa Inggris bukanlah alasan untuk tidak berpengetahuan. Saya adalah “saksi hidup” betapa pengetahuan-pengetahuan yang selama ini susah-payah saya serap itu (karena bukan berbahasa Indonesia), telah terbukti berhasil membuat saya bertahan hidup di tengah persaingan karir & ketenegakerjaan yang semakin gila & sadis ini.

3. Orang Lain Tidak Ada Yang Peduli Dengan Kari Anda

Seberapa nyaringnya pun teriakan kita pada Pemerintah, jangan lupa… Pemerintah punya agenda & kepentingannya sendiri.

Gak akan ada yang peduli besok kita makan apa, gimana caranya kita ngasih susu ke anak kita, atau seberapa lama kita udah nyari-nyari pekerjaan.

Hanya kita-lah yang sanggup memperjuangkannya. Bukan orang lain. Bukan Pemerintah. Bukan rekruter. Bukan pengusaha.

4. Kompetensi Tinggi Tidak Menjamin Mulusnya Karir

Dalam dunia karir, Ketangguhan mental, kesehatan jasmani, kompetensi tinggi, dan mentalitas pengembangan diri yang terbaik sekalipun; gak akan menjamin mulusnya karir seumur hidup kita di satu perusahaan.

Itu hanya akan memastikan bahwa tiap saat kita mau pindah perusahaan atau memutuskan Career Switch, kita gak perlu lagi galau, baper, atau ngomel-ngomel di media sosial.

Peniti karir yang bernilai tinggi di pasaran, memutuskan langkah karirnya dalam kesenyapan yang jitu dan “mematikan”, tanpa kehebohan.

5. Atasan Anda Belim Tentu Menolong Karir Anda

Bangunlah hubungan baik dengan semua orang di kantor kita, tanpa pernah peduli apa jabatan & posisinya. Karena kita gak pernah tahu, siapa yang akan menolong kita di saat-saat paling genting.

Baca Juga :  Menghitung Economic Order Quantity

Seringkali informasi paling aktual & paling akurat justru datang dari Driver, Kurir, OB, Security; atau dari mereka yang selama ini tampak banyak diam.

6. Berpositiflah Dalam Menggunakan Media Sosial

Bangunlah hubungan baik dengan semua kalangan di luar kantor kita saat ini. Karena kita gak pernah tahu, kapan mereka akan melayangkan Offering Letter yang paling romantis untuk kita, dan karena kita tidak pernah tahu, kapan akan membutuhkan mereka sebagai salah satu solusi bagi permasalahan yang sedang kita hadapi atau kantor kita hadapi.

Sudah diterima bekerja atau tengah bekerja di suatu perusahaan, di jaman sekarang, bukanlah alasan untuk tidak membangun hubungan baik dengan siapa pun di luar perusahaan. Para peniti karir yang tidak bergaul justru berpotensi untuk menjadi liabilitas bagi perusahaan.

Kini semakin banyak perusahaan, terutama Startup, yang justru mencari karyawan dengan jaringan hubungan baik yang luas dengan banyak pihak, dan / atau aktif di media sosial secara positif & konstruktif.

Berkarir hingga pensiun di satu perusahaan sambil menutup mata & telinga dari apa yang terjadi di luar perusahaannya, sudah menjadi fairy tales masa lalu para Boomer & Gen X angkatan awal.

Kabar baiknya, teknologi informasi & media sosial telah banyak memudahkan kita untuk melakukan hal ini. Tinggal kita manfaatkan saja.

Tinggalkan Balasan